Kata orang, pengembaraan di Xiamen belumlah lengkap kalau tidak mampir dan melihat meriam terbesar di dunia.! Dengan dibawa rasa penasaran ini, bus 659 yang saya tumpangi dengan hanya membayar 1 Yuan pun tiba di Hu Li Shan Zhong Dian Zhan , sebuah terminal bus yang letaknya persis di tepi timur pulau Xiamen yang menghadap ke pulau Taiwan.
Dari sini , saya cukup jalan kaki sekitar 100 meter
dan kemudian melihat petunjuk khas tempat wisata berwarna coklat dengan
tulisan “Hulishan Cannon Fort”. Di tempat ini, banyak terdapat penyewaan sepeda tandem, bukan hanya untuk berdua, bahkan ada dan banyak juga yang bisa digunakan untuk bertiga dan bahkan berempat.
Tempat ini bertambah unik dengan pintu gerbangnya
yang dihiasi banyak sekali meriam kecil dan kali ini nama di pintu
gerbang juga berubah menjadi “Hulishan Fortress”. Selain itu terdapat juga rating empat A atau “AAAA” yang diberikan oleh otoritas pariwisata Cina. Kali ini nama tempat ini pun berubah lagi menjadi ” Hu Li Shan Pao Tai”.
Setelah memasuki pintu gerbang utama, saya kemudian menaiki anak tangga untuk sampai di jalan mendaki yang
ternyata merupakan deretan ratusan anak tangga dengan naungan pohon
yang rimbun. Suasana magis sangat terasa karena pohon-pohon tua yang
bagian bawahnya dicat putih itu sekan-akan menyambut dan berkata “Selamat Datang ke Masa Lampau”.
Setelah membeli tiket masuk seharga 25 Yuan, saya
terus menaiki anak tangga dan sampai di puncak bukit kecil dengan latar
belakang Selat Taiwan yang sering menjadi
berita utama bila hubungan politik kedua Cina memanas. Untungnya saat
ini, hubungan Cina da Taiwan boleh dibilang sangat baik sehingga
penduduk Cina pun diperbolehkan pergi ke Taiwan melalui pelabuhan Xiamen
ini.
Di dekat pintu masuk tertulis penjelasan singkat mengenai benteng yang terletak di Hu Li Shan ini. Ternyata
benteng ini didirikan di penghujung abad ke 19 yang sekali gus menjadi
bebearap dekasi terakhir masa pemerintahan Dinasti Ching di Cina. Benteng
dan meriam yang ada di tempat ini digunakan untuk perang melawan musuh
dari barat dan pernah juga dipakai sewaktu perang melawan Jepang.
Pintu utama menteng ini menjadi sangat khas dengan susunan batu
yang masih terawat rapih dan sebuah bendera segitiga yang sering muncul
di film-film laga buatan Cina, Hongkong ataupun Taiwan. Di dalam
benteng , saya melihat hamparan halaman yang luas dan juga puluhan
meriam dalam berbagai ukuran yang ditata dengan sangat apik, menarik,
dan juga artistik. Bahkan deretan meriam ini juga digunakan sebagai tempat duduk yang berbaris-baris.
Di sebuah bukit kecil terdapat sebuah meriam yang sebentar
lagi akan digunakan untuk diledakan. Saya melihat jam tangan saya,
pukul 3,45 sore. Berarti sekitar 15 menit lagi meriam ini akan
diledakan. Persiapan upacara ini tampak sedang dilakukan dan pengunjung
dilarang mendekat. Tidak lama kemudian alunan musik riang segera
menggema di kawasan ini dan pengumuman dalam bahasa Mandarin dan Inggris
juga dikumandangkan.
Barisan tentara yang akan menyalakan meriam
sedang berbaris dan melakukan pertunjukan pemanasan di sebelah selatan
bukit. Saya mendekat ke tempat dimana ratusan penonton sudah berkerumun
dan menyaksikan parade tentara. Setelah itu mereka pun berbaris rapi menuju ke meriam di atas bukit dan tidak lama kemudian suara yang menggelegar pun membelah kawasan sebelah timur pulau Xiamen ini.
Perjalanan saya di lanjutkan ke sebuah museum kecil
dimana terdapat diorama elektronik empat dimensi yang menggambarkan
proses peledakan meriam yang cukup menarik dan berkesan. Cukup ramai wisatawan yang sebagian besar turis domestick dari berbagai tempat di penjuru daratan Cina yang luas itu.
Kunjungan di Hu Li Shan dilanjutkan dengan melihat rajanya meriam yaitu Meriam Krupp buatan Jerman yang dipesan oleh pemerintah Cina dan dibuat pada tahun 1893. Meriam ini merupakan satu-satu nya yang tersisa dan masih utuh serta memiliki ukuran terbesar yaitu 280 mm.
“The National Bureau of Cultural and
Historical Relics of China, Appraisal of the Krupp Cannon purchased by
China and Preserved at Hulishan Fortress in Xiamen Being the Largest
Extant Coastal Cannon in the World”. Demikian tertulis pada prasasti dalam berbagai bahasa yang terdapat di Hulisan ini. Tidak mengherankan karena ukurannya memang sangat raksasa sehingga lebih tinggi dari orang dewasa.
Di penghujung bukit yang menjorok ke laut, ada beberapa meriam kecil yang moncongnya di arahkan ke laut . Di kejauhan terlihat beberapa buah kapal besar kecil yang sedang berlayar di Selat Taiwan. Hembusan
angin senja yang sejuk membuat kita merasa betah berada di tempat ini.
Tidak terasa sang surya mulai memancarkan sinar lembayung nya. Tibalah
saat untuk meninggalkan tempat ini.
Zaman memang telah berubah, benteng yang dulunya
menjadi saksi sejarah Cina yang penuh pergolakan, kini menjadi salah
satu andalan wisata pulau Xiamen yang permai. Sambil berjalan santai saya mulai menuruni anak tangga dan kemudian kembali ke terminal bus. Yang menarik di depan terminal di tepi pantai ini terdapat mobil polisi yang terus menerus melalui pengeras suara berbicara kepada pengunjung informasi yang sayangnya saya tidak mengerti artinya.
Semoga dari benteng ini tidak pernah lagi ditembakkan meriam untuk maksud perang dan perdamaian selalu ada di Xiamen dan dunia!
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !